“Hari ini Forum Anti
Pemurtadan Bekasi (FAPB) menginvestigasi beberapa sekolah di Mekarsari,
Tambun Kabupaten Bekasi. Masih banyak lagi SD Negeri yang disinggahi
misionaris Mobil Pintar, tapi tidak sempat kami investigasi, karena hari
Jum’at waktunya singkat,” ujar Abu Al-Izz, Ketua Umum FAPB seperti yang
dikutip voa-Islam.com.
Menanggapi banyaknya kasus yang
dilakukan dengan modus yang sama ini, Abu Al-Izz menyatakan bahwa
gerakan kristenisasi berkedok Mobil Pintar ini adalah penjarahan akidah
yang massif dan kotor.
“Ini bisa disebut penjarahan akidah
yang menyasar anak-anak SD. Cara penyiaran agama Kristen ini jelas
tidak elegan, kotor, tidak fair dan konyol,” kecamnya.
Itulah
kutipan berita di sebuah situs online Islam tentang kristenisasi di
Bekasi, Jawa Barat. Isu tersebut memang santer beredar di kalangan warga
Bekasi. Cara-cara yang digunakan para misionaris pun, konon kabarnya,
beragam. Mulai dari bakti sosial, pengobatan gratis sampai dengan mobil
pintar.
Sebagai salah satu orang yang tinggal di Bekasi,
saya belum menemukan fakta adanya kegiatan kristenisasi tersebut.
Sejumlah warga Bekasi yang pernah saya tanya soal kristenisasi itupun
tidak bisa menunjukkan dengan pasti kapan dan dimana kegiatan itu ada
dan berlangsung. Semua hanya katanya dan katanya.
Namun,
terlepas dari ada atau tidaknya kegiatan kristenisasi di Bekasi, atau di
daerah manapun, satu pertanyaan yang mengusik saya adalah, salahkah
apabila penganut agama tertentu menyebarkan paham yang dianutnya pada
orang lain?
Menurut saya adalah suatu hal yang wajar
apabila sekelompok penganut agama menganggap agama yang dianutnya paling
benar. Karena itu tidak perlu heran kalau penganut agama tersebut
berupaya menyebarkan paham keagamaannya itu pada orang lain.
Semua
agama pasti memiliki klaim kebenarannya sendiri. Dalam Islam ada
sejumlah ayat dalam Al Qur’an yang menguatkan kebenaran Islam diatas
agama lain, seperti :
"Sesungguhnya agama yg diridhai di sisi Allah SWT hanyalah Islam...." (Qs 3:19)
Dan,
"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima agama itu daripadanya,..." (Qs 3:85)
Selain
di Al Qur’an, dalil yang senada dengan ayat diatas juga tersebar dalam
khazanah keilmuan Islam. Semua berujung pada satu kesimpulan : Hanya
Islam yang berhak masuk surga.
Dalam Kristen pun demikian. Dalam Injil ada ayat yang berbunyi, “Akulah jalan dan kebenaran dalam hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku,” (Yohanes 14:6)
Ayat lain berbunyi, “Setiap
orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di
depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan
manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat. 10:32-33).
Menilik
ayat-ayat diatas, maka kita seharusnya maklum apabila ada tarik menarik
umat dalam Islam dan Kristen. Itu adalah salah satu dinamika dalam
kehidupan beragama yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Kalau
sudah begini, mengapa kita umat Islam harus marah kalau ada misionaris
yang coba mengkristenkan orang Islam?
Kristenisasi
seharusnya jadi ajang introspeksi bagi umat Islam. Upaya umat Kristen
“berdakwah” tentang kasih Kristus sudah mutakhir. Tidak hanya dalam
gereja, tapi sudah turun ke jalan melalui sejumlah kegiatan seperti
bakti social, pengobatan gratis dan mobil pintar. Cara-cara tersebut
tentu sangat memikat karena langsung menyasar kebutuhan orang secara
mendasar. Bandingkan dengan pola dakwah umat Islam.
Selain
itu, kalau memang ada orang Islam yang kemudian berpindah keyakinan ke
agama Kristen, ini tentunya harus jadi catatan bagi para ulama, ustad
dan mubaligh. Apa saja kerja mereka selama ini? Bukankah tugas mereka
adalah membentengi iman umat Islam agar Islam kokoh berdiri dihati para
umatnya? Kalau ternyata ada orang islam yang berhasil di-Kristen-kan,
ini jelas adalah sebuah kegagalan para pemuka agama Islam.
Dengan kondisi seperti ini, saya justru melihatnya lucu apabila kita orang Islam malah marah pada orang Kristen. Wong
salah sendiri kok, kenapa habib-habibnya tidak bekerja. Ibarat bermain
bola, kalau gawang kita kebobolan, apakah kita harus marah pada tim
lawan? Orang lain mainnya bagus, kenapa harus kita sewot? Bobolnya
gawang seharusnya membuat tim tuan rumah instrospeksi. Mungkin
permainannya tidak bagus sehingga harus mengubah strategi dan
menempatkan orang-orang terbaiknya digaris depan supaya juga bisa
membobol gawang lawan.
Sekarang sekelompok umat Islam
(lebih tepatnya Islam garis keras) seperti terbakar jenggotnya
menanggapi isu kristenisasi di Bekasi. Bahkan mereka sampai menggelar
tabligh akbar untuk menghalau upaya tersebut. Pertanyaan saya, kenapa
harus kebakaran jenggot? Kenapa harus marah? Langsung saja aktifkan
pengajian di semua masjid, hidupkan majelis taklim, perdalam pemahaman
umat Islam akan agamanya. Itu lebih baik daripada harus memasang tampang
gahar, dan seakan ingin berperang melawan umat agama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar